Pages

Tuesday, October 24, 2017

aku terjebak ke dalam mulut harimau



Pada tahun 2007 silam, aku hijrah dari kota Bekasi ke kota Garut. Aku mencoba untuk hidup mandiri..., kebanyakan orang - orang ngadu nasib di Jakarta atau Bekasi nah ini malah mau kerja di kampung... hehehe... *maklum dunia terbalik*. Lagipula hidup dekat dengan orangtua, aku merasa tertekan. Mereka terlalu mendikte, otoriter, terkadang galak .... *ups* tapi yang pastinya hatinya sangat baik. Sebenarnya tujuan aku hijrah dan menetap di Garut untuk bekerja. Ya bekerja di salah satu sekolah SD Negeri. Dan memang keluarga besar dari mamahku merupakan orang asli Garut. Mereka tergolong keluarga berpendidikan dan pendidik alias Guru. Bukan hanya itu saja mereka pun tergolong keluarga ningrat. Semua namanya menggunakan gelar Raden ... *hari gini,cuih*... tapi sayangnya gak ada yang menggunakan nama Pak Ogah ... hehehe. Dengan bantuan salah satu dari mereka, aku bisa bekerja ... *cuma sesaat*... Aku memutuskan bekerja di instansi pemerintah atau sekolah negeri itu karena memang cita - citaku ingin menjadi PNS... *itu_dulu* ...
Kebetulan bibi dari mamahku ini pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Sekolah. Yang pastinya seneng banget waktu itu bisa kerja disekolah tanpa berpikiran yang macem - macem. Dari hari ke hari aku menjalaninya dengan suka cita tanpa beban meskipun hasil kerjaku belum dibayar. Maklumlah masih pegawai sementara, pegawai honorer aja yang udah masuk absen dinas pendidikan digajinya 3 bulan sekali itupun menunggu BOS ( Bantuan Operasional Sekolah ) cair. Pikirku pada saat itu gak apa - apalah aku gak digaji untuk sementara waktu yang penting bisa buat menjamin masa depan alias aku kepake terus. Akan tetapi pikiranku salah, kami mengibarkan bendera perang versi Baratayudha. Hubungan kami pun memudar. Entah aku yang bermasalah atau dia yang bermasalah ... *ah emang dasar rese aja tuh orang*... yang pastinya kami memang bermasalah. Aku merasa difitnah dan direndahkan harga diriku, pokoknya dicaci mentah - mentah ... *sakitnya tuh disini* ... Hanya karena salah paham aja sih sebenarnya, tapi dia gak mau kalah dan merasa paling "G U E" sedunia. *Udin sedunia kaleee*๐Ÿ˜– Perang antara kami pada saat itu berlangsung sekitar 1 bulan. Dan otomatis aku keluar dari sekolah tempat aku bekerja dan tempat dia menjabat sebagai Kepala Sekolah.


Tapi untungnya masih ada paman dari mamahku. Dia memberi saran agar aku bekerja di Koperasi Sekolah tempat paman mamahku bekerja. Di Koperasi Sekolah tersebut, dia menjabat sebagai ketua Koperasi Guru. Akan tetapi hari - hariku selama bekerja di Koperasi tersebut masih diwarnai peperangan. Peperangan versi Baratayudha kami belum selesai. Bibi dari mamahku tidak suka melihat aku bekerja di Koperasi atas pertolongan kakaknya. Dia pun dengan seribu cara mengusir aku secara halus, supaya aku kembali lagi ke Bekasi. Bukan hanya itu saja pernyataan yang terlontar dari mulutnya sangat amat menyakitkan pake banget. Pokoknya ngomong kemana - mana gak karuan, kebaikan aku diomonginnya dikurangin giliran kejelekan aku diomonginnya dilebihin...*huft* Nolongin tuh yang ikhlas tanpa pamrih jangan mau dipuji gumamku๐Ÿ˜ 


Bulan ke2 masih dengan situasi memanas, aku dipaksa kembali ke Bekasi oleh kedua orangtuaku meskipun hatiku berat banget. Paman dari mamahku ini menyarankan agar kembali lagi ke Garut dan bekerja lagi di Koperasi Sekolah jika amarah adiknya itu mereda. Ya sudah aku jalani saja hari - hari seperti sedia kala di rumah orangtuaku di Bekasi. Meskipun dengan berbagai macam rasa, mulai dari jenuh, suntuk dan lain - lain. Bukan berarti aku tidak mencoba untuk mencari pekerjaan di Bekasi. Aku sudah pernah mencoba puluhan bahkan mungkin ratusan surat lamaran sudah diajukan ke beberapa perusahaan akan tetapi hasilnya nihil. Dan aku pun mencoba untuk melamar di kantor tempat mamahku bekerja hasilnya pun nihil ... *jakarta tea berlomba tempat ngadu nasib*...
Aku mencoba menghubungi teman - temanku lagi, mereka pun sama gak jelas masa depannya. Ada yang kerja di pabrik hanya kuat setahun dua tahun akhirnya nganggur lagi. Bahkan ada juga yang udah married dan punya anak ... wkwkwkwkwk ... *secepat itu*. Trus tanpa berpikir matang, aku juga mencoba melamar di pt yamaha cikarang.  Aku pun akhirnya keterima di perusahaan itu seneng sih tapi koq gak sejalan dengan kata hati. Bawaannya tuh pengen nangis mulu kalo pulang kerja... *mental tape*... Entah kenapa pokoknya gak sejalan aja sama kata hati ... ๐Ÿ‘€
Trus aku minta saran sama mamahku, eh boro - boro nyaranin yang ada malah bikin aku tambah terpuruk ....๐Ÿ˜ข
Dan akhirnya pun aku keluar dari tempat kerjaanku itu. Pada saat itu papahku marah besar mengetahui aku keluar dari pt yamaha cikarang tersebut.  Jelas karena harapan hatiku masih menginginkan lagi bekerja di Koperasi Sekolah di Garut. Lalu seiring berjalannya waktu aku pun mencoba menghubungi lagi paman dari mamahku yang menjabat sebagai ketua Koperasi Sekolah. Sepatah dua patah kata kami bicara melalui telepon, lalu dia pun menyetujui permintaan aku yang agak memaksa untuk kembali lagi ke Garut.


Sekitar pertengahan bulan Mei masih tahun 2007 silam, aku pun kembali ke Garut dan menetap selamanya di sini...*cihuyyy sambil jingkrak - jingkrak*...๐Ÿ˜ƒ
Aku kembali bekerja di Koperasi Sekolah itu, kuawali hari itu dengan semangat, giat dan fokus...*aku harus bisa*... Ya aku harus fokus untuk mendapatkan jabatan sebagai PNS. Kujalani hari - hari ku dengan sikap optimis meskipun ada saja ya rintangan - rintangan yang menghadang. Begitu juga dengan pemandangan yang masih terlihat tidak mengenakan yaitu  tatapan mata sekelompok bagian keluarga besar dari mamahku (baca:Raden) gak suka melihat  aku menetap dan bekerja di Koperasi tersebut. Tak mengapa yang penting aku harus goal pikirku saat itu.
Lagipula di tempat aku bekerja saat itu membuatku nyaman dan aku pun mudah sekali beradaptasi dengan pegawai lainnya. Meskipun terkadang ada satu dua anggota koperasi ( baca : guru ) yang membuat aku kesal. Dan yang lucunya lagi aku ditodong sama oknum guru PNS yang statusnya udah jelas. Punya gaji tetap penghasilan lumayan tapi koq masih minta rokok sama aku yang hanya pegawai sementara gajinya gak jelas apalagi statusnya... weleh,,,weleh,,,weleh,,,*koplokehkoplak*... Trus kamu kasih ? ya habis mau gimana lagi itung - itung sedekah aja kali ya .... *jhaaahaaa*... Sekali dua kali sih gapapa lah ya tapi kalo ketiga kali dan seterusnya yah terpaksa aku manyunin๐Ÿ˜ˆ๐Ÿ˜ ๐Ÿ˜ˆ
Udah gitu pernah suatu waktu jam pulang kerja tapi gak ada ojek atau angkot, masa aku harus jalan kaki menuju rumah apalagi kondisi saat itu udah maghrib. Eh kebetulan ada pegawai Dinas yang masih anggota koperasi, dia pun mau pulang kearah yang sama dengan jalan pulangku. Dia menggunakan motor dan menawariku untuk pulang bareng, akhirnya aku pun naik motor si bapak itu. Eh sesampainya di gang rumah aku, dia berhenti lama banget. Trus aku tanya dan gak lupa juga aku bilang TERIMA KASIH lah : " masih nunggu siapa pak ?"
Jawab dia" rokoknya atuh"! Disitu aku merasa hayang nakol eta beungeut si bapak ... ๐Ÿ˜œ. Ya sudah tanpa basa basi aku ke warung dulu untuk membeli sebungkus rokok. Dikasihlah rokok sebungkus. Sumringahlah wajah si bapak tadi sementara wajahku jamedud alias cemberut. Dikiranya lu ikhlas nganterin gue pulang gumamku...*gondok*...
Itu baru satu orang model kayak gitu. Aku kira hanya satu orang itu aja yang modelnya nyebelin gitu eh tak taunya wah satu rw oknum guru yang berstatus PNS yang modelnya gak kalah menariknya dari si bapak tadi...*wakwaw*...
Dan gak respectlah sama orang - orang tersebut karena tindak tanduknya yang nyebelin.
Sampai pada suatu waktu badai pun menghampiriku dengan dahsyat. Entah ini cobaan entah ini ujian entah ini godaan, *gak ada ujan gak ada angin* tapi yang pastinya ini merupakan suatu halangan untuk meraih cita - cita yang aku mau selama ini ... *pokoknya sesuatu banget*.... Aku terjebak dalam cinta yang salah, eit eit tunggu dulu kayaknya judulnya harus diganti nih yang bener begini : mencintai orang yang salah...*nahloh*... Saat itu ... saat itu ... saat itu .... mmmmm .... ah gini aja deh jelasnya aku telah terhipnotis oleh kata manisnya. Entah setan ๐Ÿ‘ปmana yang udah membujuk rayu dan mencuri hatiku ...*kau curi hatiku oh no*... sehingga aku tenggelam dalam sebuah keadaan...*klepek-klepek*... Ah sudahlah itu hanya bagian dari cerita masa laluku yang ... yang ... yaaang ... terlalu pahit untuk diceritain, tar bisa - bisa nangis akunya ... *kenangan cinlok*... Kisah cinlok ini perpaduan dari lagunya Afgan berjudul " SADIS" dan Cakra Khan berjudul " KEKASIH BAYANGAN"...*jleb*... Iya memang sadis sekali caranya menarik simpatiku sampai - sampai aku tenggelam oleh sebuah keadaan dimana hatiku tumbuh oleh bunga - bunga asmara lalu diredupkan seketika dalam waktu yang bersamaan. Dan memang kuakui, diriku hanya dijadikan kekasih bayangan dan kekasih sesaat saja olehnya.  Yang pastinya hatiku menjerit kesakitan dan selalu berkata " Tuhan seberat inikah ujian hidupku"...*aaaarghhhhh*๐Ÿ˜ž๐Ÿ˜ญ... Dan hatiku๐Ÿ’” pun terpatahkan oleh keadaan pula. " Oh dunia remuklah seluruh jiwaku, teriakku". Alah udah ah terlalu puitis ...

Tempat ini punya banyak kisah mulai dari karir sampai pada masalah ๐Ÿ’”

Kembali lagi pada pokok hidupku yaitu dengan status pekerjaanku. Sudah berjalan 2 tahun, aku bekerja di Koperasi Sekolah ini. Hatiku mulai cemas, karena belum ada kejelasan dengan nasibku alias masih menggantung. Sebenarnya di Koperasi ini aku bekerja hanya sementara waktu sambil menunggu hasil keputusan paman dari mamahku. Karena dia berjanji untuk memindahkan aku bekerja sebagai pegawai tetap di sekolah SMP Negeri ... *itung-itung nyari pengalaman* ...
Kujalani hari - hariku dengan kegelisahan hati tanpa tau bagaimana selanjutnya masa depanku kelak. Aku mencoba memberanikan diri menanyakan kepastian dari paman mamahku. Jawaban dia pun tidak memuaskan, pernyataannya gak konsisten dan seolah - olah dia mau melepas semua janjinya. Aku pun bingung entah dengan cara apalagi aku harus berusaha untuk memperbaiki masa depanku dan mendapatkan karir yang kuinginkan. Pikirku semua orang gak bisa dipercaya tanpa terkecuali...*geram*...
Hari Lebaran pun tiba, aku menyendiri dirumah tidak seperti kebanyakan orang yang gembira menyambut hari spesial berkumpul bersama dengan keluarga atau sanak saudara. Ya aku gak punya saudara yang baik dan tulus pikirku. Mereka MUNAFIK, semua sama saja...*gejolak batin*... Aku mencoba jaga jarak hubunganku dengan mereka.
Libur Lebaran hari ke2, mamahku datang ke Garut mengunjungiku. Mamahku pun masih menjaga hubungan silaturahmi dengan keluarganya terkecuali aku. Firasatku mulai gak enak ... *tanda tanya* Sepulang dari rumah sanak saudaranya, mamahku menghakimi aku berdasarkan laporan atau pengaduan dari sanak saudaranya. Mmmmm ternyata firasatku benar, pasti mereka ngadu yang bukan - bukan tentang aku... *coba sabar tanpa marah*... dan aku hanya menjadi pendengar setia mamahku tanpa berkomentar apa pun. Kebiasaan buruk Mamahku lebih suka mendengar dan percaya sama omongan orang daripada sama anaknya sendiri... *biarkanlah*... Dan aku anggap angin lalu saja komentar orang lain apalagi ini saudara sendiri ( baca:keluarga Raden ) tentang aku. Biarlah hanya aku dan Tuhan yang tau, gumamku.


Sudah berjalan 3 tahun, aku bekerja di Koperasi meskipun belum ada kepastian yang jelas...*belajar ikhlas aja deh*... Senin - Sabtu masuk Koperasi seperti biasa tanpa diiringi semangat menggebu...*setengah hati*... Kujalani sajalah kemana alur kehidupanku ini melangkah.
Sampai suatu waktu, pegawai Dinas Pendidikan datang dan mengobrol panjang lebar denganku. Dia menanyakan, "apakah namaku sudah terdaftar di Dinas ? "Aku jawab aja, gak tau pak itu sih urusannya Pak Ketua". Trus pegawai Dinas itu bertanya lagi, " apa hubunganmu dengan Pak Ketua dan kalau bisa daftarkan namamu secara sah di kantor koperasi pusat supaya kamu bisa jadi pegawai tetap ?!! " ok siap, saya masih saudaranya pak, jawabku semangat". Saat itu aku bersemangat lagi dan peluang emas sudah ada di depan mata gumamku.
Keesokan harinya aku menemui paman dari mamahku yang menjabat sebagai ketua koperasi, aku membicarakan status pekerjaanku. Tanpa ada senyuman dari mimik wajahnya, dia hanya menganggukan kepala dan tidak berkata apa - apa. Ya sudah aku pun mengakhiri obrolan itu dengan dingin ... *hening*... Aku pun pulang kerumah dengan keadaan lesu, meskipun sebenarnya masih ada setumpuk pekerjaan yang harus dikerjakan. Sesampainya dirumah aku terbaring di karpet sambil menonton acara tv dengan pikiranku yang kosong...*planga_plongo*... yang gak tau harus mengadu kepada siapa lagi.
Meskipun status pekerjaanku masih belum jelas, aku selalu dan selalu optimis untuk tetap semangat dan berusaha masuk kerja setiap hari kecuali Minggu. 
Masih dengan rasa penasaranku, aku mencoba sekali lagi untuk memberanikan diri bertanya secara pasti kepada paman dari mamahku mengenai status pekerjaanku. Akhirnya jawabannya pun sama dengan berbagai alasan untuk melepas janjinya padaku. Aku pun kecewa. Terlihat berbeda dari cara dia bicara gak seperti pertama kali yang begitu iba padaku. Pikirku mungkin ini karena hasutan adik - adiknya agar aku gak jadi menjadi pegawai PNS. Tapi mmm entahlah .... 
Ternyata aku salah menduga, kupikir dengan aku jauh dari kedua orangtuaku lalu aku hijrah ke tempat lain dan memutuskan untuk hidup mandiri malah gak ada artinya. Semuanya NIHIL. Kesana mentok kesini mentok akhirnya ya kejedot ... *hiks*... Iya memang aku malah terjebak dan terperangkap ke dalam mulut harimau. Aku kira aku punya saudara yang semuanya keluarga besar berpangkat guru dan kepala sekolah itu berhati baik dan tulus tapi ternyata gak bisa diandalkan. Bener juga sih dengan istilah " dulur jadi batur, batur jadi dulur" ( saudara sendiri bisa jadi orang lain dan orang lain bisa jadi saudara ).
Kusadari sih sebelum aku memutuskan untuk hijrah ke Garut ini, mamahku sempat mengucap " gak ridho". Mmmm ternyata arti dari kata ketidak ridho-an ini, mamahku sudah tau watak - watak keluarganya makanya aku gak diijinkan untuk menetap di Garut. Ah yang terpenting niatku baik koq, itu aja dan Tuhan tau isi hatiku. Dan mungkin juga Tuhan punya rencana yang terbaik buatku.
Dan dari kacamata aku selama aku menetap di Garut, keluarga mamahku bisanya menilai kejelekan orang lain tanpa pernah mengkaji diri mereka sendiri. Lebih suka menghasut, adu domba pokoknya penyakit hati lainnya yang audzubillah deh. Ditambah lagi mereka kurang menghargai perasaan orang lain sementara mereka sendiri maunya disanjung - sanjung atau bahasa kerennya "Gila hormat". Mereka sebagai guru terlalu pintar menggurui orang lain tapi begitu bodoh untuk menggurui dirinya sendiri. Dan begitu malasnya aku berbaur lagi dengan keluarga mamahku karena loba piomongan nu teu pararuguh ( banyak omongan yang jelek - jelek yang gak ada manfaatnya ). *Emang gitu gue orangnya dendaman, entahlah*. Selama orang itu asyik baik hati dan gak sombong ditambah lagi kiyut, lucu, ngegemesin ...*apa coba*... aku juga bakal menjadi teman yang sangat baik buatnya tetapi sebaliknya selama orang itu nyebelin, lebih baik aku ya menjauh saja atau jaga jarak ...*lebih aman*... 
Aku aja yang gak pernah bersilaturahmi lagi sampai saat ini dengan mereka semenjak kejadian perang Baratayudha itu, mereka berkoar sana sini seolah - olah aku ini pembuat onar dan selalu saja namaku menjadi bahan omongan...*biarin da akumah artis*.... hehehe ...

Kesimpulan dari cerita hidupku diatas adalah : " Bagaimana pun ikhtiar atau usaha kita, tetap cari dan andalkan Tuhan. Jangan cari selain Tuhan. Karena Tuhan tidak pernah membuat kita kecewa seperti halnya manusia yang selalu membuat kecewa. Dan Tuhan tau mana yang terbaik untuk umatnya. Tetap berprasangka baiklah pada Tuhan ... syukuri saja yang ada*renungan juga diri sendiri*...dan tetap istiqamah dalam berdoa kepada-Nya".
Hujan pasti reda begitupun dengan banjir, ia pun akan surut bahkan dengan adanya badai, ia pun akan berlalu. Maka bersabarlah karena segala sesuatu akan ada saatnya.  

Dan semoga yang membaca kisahku ini, selalu dimudahkan jalan hidupnya dan selalu diberi kelancaran atas rejekinya. Amiiin Ya Allah... 

















2 comments:

Nia Tanaya said...

aamiin ya rabb.. jangan lupa mb, ridho orang tua itu yang terbaik,, :)

Unknown said...

iya Nia Tanaya ridho orang tua adalah kelancaran kita menuju segala sesuatu dalam hidup kita. Terima kasih sudah mampir.

Post a Comment